Hilangnya Berlian Merah
Minggu
pagi cuaca sangat cerah dan burung-burung berkicauan. Waktu sudah menunjukan
pukul 06.30 pagi. aku ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. tiba-tiba,
“Krrriingg !!,” suara teleponku berbunyi, dan pada saat ku angkat teleponku
sebuah suara ibu paruh baya terdengar di telingaku.
”halo?,”
jawabku ketika itu.
“apakah
benar ini detektif Reza?,” tanya ibu itu.
“ya
benar. ada apa bu?,” aku bertanya.
“begini
za, di rumah saya telah terjadi kasus pencurian berlian merah, saya ingin anda
memecahkan kasus ini. Bisakah kita bertemu secara langsung?,” tanya ibu itu.
“Baiklah,
kita bertemu langsung saja di kantor saya, Ok?”.
“Baiklah
kalau begitu”.
Waktu
menunjukan pukul 14.30. Saat aku menunggu di kantorku, tiba-tiba terdengar
suara ketukan pintu depan. Saat aku membuka pintu, muncullah seorang ibu paruh
baya kurang lebih sekitar umur 45 tahun berbadan kurus memakai baju muslim yang
sopan dan membawa tas kecil.
“apakah
anda detektif Reza?,” tanya ibu itu.
“Ya
benar. kalau saya boleh tau, siapakah nama anda?,” tanyaku.
“perkenalkan,
Nama saya ibu Nurul nurhidah. Anda boleh memanggil saya ibu nurul”.
“kalau
boleh tau, kenapa ibu Nurul meminta bantuan kepada saya?,” tanyaku.
“karena
saya yakin anda dapat memecahkan kasus yang rumit ini”.
“Apakah anda sudah meminta bantuan kepada
polisi?”.
“belum,
karena saya ingin anda memecahkan kasus ini terlebih dahulu”.
“baiklah,
coba tolong ibu Nurul jelaskan tentang kejadian
pencurian berlian merah secara terperinci.”
“Baiklah.
Pada pagi hari tanggal 17 september sekitar pukul 07.30, saya dan keluarga saya
masih pada tidur dan hanya pembantu-pembantu saya yang sudah bangun waktu itu.
Ketika saya bangun, saya terkejut melihat lemari saya beserta lacinya yang
sudah terbuka lebar dan amat sangat berantakan. Saat saya memeriksa seluruh isi
lemari saya, sebuah berlian merah warisan turun temurun dari nenek saya telah
hilang di ambil oleh pencuri itu. Lalu saya membangunkan suami saya dan
memanggil anak-anak serta pembantu-pembantu saya’.
“Siapa
saja pada saat kejadian itu yang berada di kamar anda?”.
“hanya
saya dan suami saya”.
“siapa
saja yang tinggal di rumah anda?”.
“saya,
suami saya, 3 orang anak saya yang bernama ; Andi, Lisa, dan Ricky. Serta
seorang supir saya yang bernama pak Sobirin dan 2 orang pembantu saya yang
bernama Inah dan Romlah” kata dia.
“apakah
anda sudah bertanya dengan seluruh orang yang berada di rumah anda?,” Tanyaku.
“sudah,
tapi mereka semua tidak tahu tentang kejadian ini”.
‘apakah
ada barang lain yang hilang selain berlian merah yang anda punya?”
“tidak
ada, hanya berlian merah saja yang hilang”.
“hanya
berlian merah saja yang hilang!?,” tanyaku dengan ekspresi wajah yang bingung.
“iya,
tapi yang saya bingungkan kenapa pencuri itu hanya mengambil berlian merahnya
saja? Kenapa uang dan perhiasan-perhiasan saya tidak di ambil juga? Sungguh hal
yang sangat rumit,” ibu itu menunjukan ekspresi yang sangat bingung lalu
menghela nafas.
“hmm..
memang sungguh hal yang sangat rumit” kataku sambil berfikir. “baiklah. bisakah
kita langsung pergi ke rumah ibu untuk memeriksa tempat kejadian itu?”.
“dengan
senang hati saya akan mengantarkan anda ke rumah saya,” ibu itu tersenyum.
Saya
dan ibu Nurul langsung berangkat kerumahnya dengan naik mobil yang sudah di
jemput oleh supirnya yang bernama pak Sobirin. Pada saat perjalanan suasana di
mobil itu sunyi senyap. Kadang ibu Nurul bertanya tentang kehidupan pribadiku,
dan aku hanya menjawab sekedarnya saja. Aku melihat sosok ibu Nurul ini memang
orang kaya. Dari pakaiannya pun aku sudah tahu bahwa dia menunjukan kalau dia
memang orang kaya. Lalu aku sampai di rumahnya ibu nurul.
“Ijah
!!,” ibu Nurul memanggil pambantunya.
Lalu
datanglah seorang wanita yang kurang lebih berumur 18 tahun memakai kaos oblong
dan celana 3 perempat.
“iya
bu,” jawab si Inah.
“mana
bapak dan anak-anak?,”
“bapak
sedang di ruang kerja bu, Andi sedang belajar, Lisa lagi berenang dan Ricky
sedang main game,”
Lalu
muncullah suami ibu Nurul, dia berbadan gemuk dan memakai kacamata.
“Selamat
datang di rumah saya detektif Reza,” sapa suami ibu Nurul itu dengan ramah
kepada saya.
“Selamat
siang pak,” kataku.
“Silahkan
duduk tuan,” suami bu Nurul mempersilahkan saya duduk.
“Perkenalkan
saya Heru,” kata suami bu nurul.
“Saya
sudah tahu tentang anda. kata orang-orang anda adalah detektif handal. Saya
sangat senang anda dapat membantu keluarga saya,” kata dia sambil memuji saya.
“ah,
pak Heru ini bisa saja. Saya juga sangat senang bisa membantu orang lain,”
kataku sambil tersenyum.
“Baiklah
anda langsung saja memeriksa kamar saya,” kata bu nurul.
Lalu
saya diantarkan oleh bu Nurul dan suaminya ke kamarnya. Ketika sampai di
kamarnya, Saya melihat tempat di sekitar lemari itu sangat berantakan. Saya
memakai sarung tangan dan memeriksa seluruh lemari itu. Lalu saya melihat lubang kunci lemari dan lacinya tidak rusak
sedikitpun dan hanya tergores sedikit. Saya berfikir sejenak sambil memeriksa
seluruh sudut-sudut kamar bu nurul. Lalu saya menemukan sebuah peniti kecil di
bawah lemari bu Nurul. Terlintas difikiran saya bahwa si pencuri memakai peniti
itu untuk membuka lemari dan laci itu. Lalu saya menemukan sebuah jarum yang di
bantal bu nurul dan pak heru yg didalam jarum itu terdapat bau obat bius.
“Apakah pelaku memakai obat bius kepada mereka agar si pelaku dapat leluasa
mengambil berlian merah itu?,” fikirku. Dan aku yakin bahwa pelakunya itu
berasal dari seseorang yang berada di rumah bu Nurul. Dugaanku semakin kuat
ketika aku mencium bau parfum yang aku kenal dan menemukan sebuah cincin yang
di cincinnya itu bertuliskan nama sesorang yang aku curigai dan sekarang aku
tahu siapa pelakunya.
“Saya
sudah tahu pelakunya,” kataku.
“Benarkah!!?,”
kata suami istri itu kompak.
“Tolong
panggil semua orang yang berada di rumah ini, termasuk pembantu dan supir anda
dan tolong kumpulkan semua orang di ruang tamu anda,” kataku memerintah.
“Baiklah,”
kata bu Nurul.
Lalu
bu Nurul memanggil semua orang yang berada di rumahnya dan mengumpulkannya di
ruang tamu. Di ruang tamu semua orang sudah bekumpul semua.
“Baiklah,”
kata saya sambil memulainya.
“setelah
saya memeriksa seluruh isi ruangan di kamar bu Nurul dan pak Heru, saya
mengetahui cara pelaku mengambil berlian merah itu. Pertama. Pelaku masuk ke
kamar bu Nurul saat semua orang sedang
pergi bekerja dan menaruh sebuah jarum bius di bantal bu Nurul dan pak Heru.”
“Pantas
saja saat saya mau tidur, saya merasa ada yang menusuk di leher saya. Saya kira
nyamuk yang menggigit saya tapi ternyata obat bius yang menusuk leher saya,”
kata pak Heru dengan jengkel.
“Lalu,”
saya melanjutkan. “si pelaku beraksi ketika benar-benar yakin bahwa pak Heru
dan bu Nurul sudah terkena obat bius. Si pelaku membuka kunci kamar, kunci
lemari dan kunci laci hanya dengan sebuah jarum ini,” aku sambil menunjukan
jarumnya ke semua orang. “Dan” saya melanjutkan. “Mengambil berlian merah itu
dengan leluasa.”
“Jadi
siapa pelakunya!??,” kata bu Nurul dengan sangat penasaran.
“Pelakunya
adalah supir anda sendiri bu, pak Sobirin.”
“APAAAAAAA!!!?,”
semua orang terkejut.
“Hey,
mengapa anda menuduh saya bung!!?,” kata pak Sobirin dengan nada marah.
“Karena
memang anda lah pelakunya pak,” kataku dengan tenang.
“Apa
buktinya kalau saya pencurinya??.” Dengan nada pembelaan diri.
“Cincin
ini,” sambil memberi cincin itu ke pak Sobirin.
“Cincin
ini saya temukan di sekitar laci bu Nurul, lalu di belakang cincin anda itu
terdapat tulisan nama anda yang mungkin itu hadiah dari istri anda.”
Pak
Sobirin bersikap panik dan bingung
“Ya
memang saya yang mengambilnya,” dia berkata.
“Kenapa
kau mencurinya pak?,” kata bu Nurul.
“Saya
mengetahui bahwa berlian yang ibu punya itu sangat mahal dan nilanya sangat
berharga. jadi saya fikir kalau saya menjualnya kepada orang lain, saya sangat
kaya bu. Saya melakukan itu karena saya bosan dengan hidup saya yang seperti
ini saja. Jadi saya terpaksa mencurinya,”
kata pak Sobirin dengan nada menyesal.
“Tapi tidak mesti harus mencuri kan, pak??, ” kata
bu Nurul dengan bijak.
“ Kalau anda ingin kaya, anda harus bekerja lebih
keras dan mencuri bukanlah hal yang tepat untuk menjadi orang kaya,” bu Nurul menasehatinya.
‘Saya
sangat menyesal bu,” kata pak Sobirin
“Jadi
dimana anda menyimpan berlian merahnya?,” kata ku.
“Ada
di kamar saya.” Kata pak Sobirin
Pak
Sobirin mengantarku ke kamarnya bersama bu Nurul dan pak Heru. Mengambil
berlian merahnya dan mengembalikannya kepada bu Nurul.
“Saya
kira anda orang yang baik, tapi ternyata saya salah. Padahal saya sudah
mengangggap pak Sobirin seperti keluarga saya sendiri.” Kata bu Nurul dengan
kecewa.
“Maafkan
saya bu, saya amat sangat menyesal.”
Lalu
polisi datang dan menangkap pak Sobirin.
“Terima
kasih detektif Reza atas bantuannya,
saya sangat berterima kasih sekali ,” kata bu Nurul.
“Sama-sama
bu. Saya juga sangat senang bisa membantu keluarga anda,” kataku sambil
tersenyum.
Disini
saya mendapat pelajaran sangat berharga, ternyata masih banyak orang-orang
miskin yang ingin menjadi kaya. Tapi mencuri itu bukanlah hal yang tepat untuk
menjadi orang kaya. Hanya dengan bekerja
keras lah yang membuat orang-orang menjadi kaya. Jadi mencuri itu bukanlah hal
yang tepat untuk menjadi orang kaya
SELESAI