Rabu, 30 April 2014

Detektif Reza

Minggu pagi cuaca sangat cerah dan burung-burung berkicauan. Waktu sudah menunjukan pukul 06.30 pagi. aku ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. tiba-tiba, “Krrriingg !!,” suara teleponku berbunyi, dan pada saat ku angkat teleponku sebuah suara ibu paruh baya terdengar di telingaku.
”halo?,” jawabku ketika itu.
“apakah benar ini detektif Reza?,” tanya ibu itu.
“ya benar. ada apa bu?,” aku bertanya.
“begini za, di rumah saya telah terjadi kasus pencurian berlian merah, saya ingin anda memecahkan kasus ini. Bisakah kita bertemu secara langsung?,” tanya ibu itu.
“Baiklah, kita bertemu langsung saja di kantor saya, Ok?”.
“Baiklah kalau begitu”.
Waktu menunjukan pukul 14.30. Saat aku menunggu di kantorku, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu depan. Saat aku membuka pintu, muncullah seorang ibu paruh baya kurang lebih sekitar umur 45 tahun berbadan kurus memakai baju muslim yang sopan dan membawa tas kecil.
“apakah anda detektif Reza?,” tanya ibu itu.
“Ya benar. kalau saya boleh tau, siapakah nama anda?,” tanyaku.
“perkenalkan, Nama saya ibu Nurul nurhidah. Anda boleh memanggil saya ibu nurul”.
“kalau boleh tau, kenapa ibu Nurul meminta bantuan kepada saya?,” tanyaku.
“karena saya yakin anda dapat memecahkan kasus yang rumit ini”.
 “Apakah anda sudah meminta bantuan kepada polisi?”.
“belum, karena saya ingin anda memecahkan kasus ini terlebih dahulu”.
“baiklah, coba tolong ibu Nurul jelaskan tentang  kejadian pencurian berlian merah secara terperinci.”
“Baiklah. Pada pagi hari tanggal 17 september sekitar pukul 07.30, saya dan keluarga saya masih pada tidur dan hanya pembantu-pembantu saya yang sudah bangun waktu itu. Ketika saya bangun, saya terkejut melihat lemari saya beserta lacinya yang sudah terbuka lebar dan amat sangat berantakan. Saat saya memeriksa seluruh isi lemari saya, sebuah berlian merah warisan turun temurun dari nenek saya telah hilang di ambil oleh pencuri itu. Lalu saya membangunkan suami saya dan memanggil anak-anak serta pembantu-pembantu saya’.
“Siapa saja pada saat kejadian itu yang berada di kamar anda?”.
“hanya saya dan suami saya”.
“siapa saja yang tinggal di rumah anda?”.
“saya, suami saya, 3 orang anak saya yang bernama ; Andi, Lisa, dan Ricky. Serta seorang supir saya yang bernama pak Sobirin dan 2 orang pembantu saya yang bernama Inah dan Romlah” kata dia.
“apakah anda sudah bertanya dengan seluruh orang yang berada di rumah anda?,” Tanyaku.
“sudah, tapi mereka semua tidak tahu tentang kejadian ini”.
‘apakah ada barang lain yang hilang selain berlian merah yang anda punya?”
“tidak ada, hanya berlian merah saja yang hilang”.
“hanya berlian merah saja yang hilang!?,” tanyaku dengan ekspresi wajah yang bingung.
“iya, tapi yang saya bingungkan kenapa pencuri itu hanya mengambil berlian merahnya saja? Kenapa uang dan perhiasan-perhiasan saya tidak di ambil juga? Sungguh hal yang sangat rumit,” ibu itu menunjukan ekspresi yang sangat bingung lalu menghela nafas.
“hmm.. memang sungguh hal yang sangat rumit” kataku sambil berfikir. “baiklah. bisakah kita langsung pergi ke rumah ibu untuk memeriksa tempat kejadian itu?”.
“dengan senang hati saya akan mengantarkan anda ke rumah saya,” ibu itu tersenyum.
Saya dan ibu Nurul langsung berangkat kerumahnya dengan naik mobil yang sudah di jemput oleh supirnya yang bernama pak Sobirin. Pada saat perjalanan suasana di mobil itu sunyi senyap. Kadang ibu Nurul bertanya tentang kehidupan pribadiku, dan aku hanya menjawab sekedarnya saja. Aku melihat sosok ibu Nurul ini memang orang kaya. Dari pakaiannya pun aku sudah tahu bahwa dia menunjukan kalau dia memang orang kaya. Lalu aku sampai di rumahnya ibu nurul.
“Ijah !!,” ibu Nurul memanggil pambantunya.
Lalu datanglah seorang wanita yang kurang lebih berumur 18 tahun memakai kaos oblong dan celana 3 perempat.
“iya bu,” jawab si Inah.
“mana bapak dan anak-anak?,”
“bapak sedang di ruang kerja bu, Andi sedang belajar, Lisa lagi berenang dan Ricky sedang main game,”
Lalu muncullah suami ibu Nurul, dia berbadan gemuk dan memakai kacamata.
“Selamat datang di rumah saya detektif Reza,” sapa suami ibu Nurul itu dengan ramah kepada saya.
“Selamat siang pak,” kataku.
“Silahkan duduk tuan,” suami bu Nurul mempersilahkan saya duduk.
“Perkenalkan saya Heru,” kata suami bu nurul.
“Saya sudah tahu tentang anda. kata orang-orang anda adalah detektif handal. Saya sangat senang anda dapat membantu keluarga saya,” kata dia sambil memuji saya.
“ah, pak Heru ini bisa saja. Saya juga sangat senang bisa membantu orang lain,” kataku sambil tersenyum.
“Baiklah anda langsung saja memeriksa kamar saya,” kata bu nurul.
Lalu saya diantarkan oleh bu Nurul dan suaminya ke kamarnya. Ketika sampai di kamarnya, Saya melihat tempat di sekitar lemari itu sangat berantakan. Saya memakai sarung tangan dan memeriksa seluruh lemari itu. Lalu saya melihat  lubang kunci lemari dan lacinya tidak rusak sedikitpun dan hanya tergores sedikit. Saya berfikir sejenak sambil memeriksa seluruh sudut-sudut kamar bu nurul. Lalu saya menemukan sebuah peniti kecil di bawah lemari bu Nurul. Terlintas difikiran saya bahwa si pencuri memakai peniti itu untuk membuka lemari dan laci itu. Lalu saya menemukan sebuah jarum yang di bantal bu nurul dan pak heru yg didalam jarum itu terdapat bau obat bius. “Apakah pelaku memakai obat bius kepada mereka agar si pelaku dapat leluasa mengambil berlian merah itu?,” fikirku. Dan aku yakin bahwa pelakunya itu berasal dari seseorang yang berada di rumah bu Nurul. Dugaanku semakin kuat ketika aku mencium bau parfum yang aku kenal dan menemukan sebuah cincin yang di cincinnya itu bertuliskan nama sesorang yang aku curigai dan sekarang aku tahu siapa pelakunya.
“Saya sudah tahu pelakunya,” kataku.
“Benarkah!!?,” kata suami istri itu kompak.
“Tolong panggil semua orang yang berada di rumah ini, termasuk pembantu dan supir anda dan tolong kumpulkan semua orang di ruang tamu anda,” kataku memerintah.
“Baiklah,” kata bu Nurul.
Lalu bu Nurul memanggil semua orang yang berada di rumahnya dan mengumpulkannya di ruang tamu. Di ruang tamu semua orang sudah bekumpul semua.
“Baiklah,” kata saya sambil memulainya.
“setelah saya memeriksa seluruh isi ruangan di kamar bu Nurul dan pak Heru, saya mengetahui cara pelaku mengambil berlian merah itu. Pertama. Pelaku masuk ke kamar bu  Nurul saat semua orang sedang pergi bekerja dan menaruh sebuah jarum  bius di bantal bu Nurul dan pak Heru.”
“Pantas saja saat saya mau tidur, saya merasa ada yang menusuk di leher saya. Saya kira nyamuk yang menggigit saya tapi ternyata obat bius yang menusuk leher saya,” kata pak Heru dengan jengkel.
“Lalu,” saya melanjutkan. “si pelaku beraksi ketika benar-benar yakin bahwa pak Heru dan bu Nurul sudah terkena obat bius. Si pelaku membuka kunci kamar, kunci lemari dan kunci laci hanya dengan sebuah jarum ini,” aku sambil menunjukan jarumnya ke semua orang. “Dan” saya melanjutkan. “Mengambil berlian merah itu dengan  leluasa.”
“Jadi siapa pelakunya!??,” kata bu Nurul dengan sangat penasaran.
“Pelakunya adalah supir anda sendiri bu, pak Sobirin.”
“APAAAAAAA!!!?,” semua orang terkejut.
“Hey, mengapa anda menuduh saya bung!!?,” kata pak Sobirin dengan nada marah.
“Karena memang anda lah pelakunya pak,” kataku dengan tenang.
“Apa buktinya kalau saya pencurinya??.” Dengan nada pembelaan diri.
“Cincin ini,” sambil memberi cincin itu ke pak Sobirin.
“Cincin ini saya temukan di sekitar laci bu Nurul, lalu di belakang cincin anda itu terdapat tulisan nama anda yang mungkin itu hadiah dari istri anda.”
Pak Sobirin bersikap panik dan bingung
“Ya memang saya yang mengambilnya,” dia berkata.
“Kenapa kau mencurinya pak?,” kata bu Nurul.
“Saya mengetahui bahwa berlian yang ibu punya itu sangat mahal dan nilanya sangat berharga. jadi saya fikir kalau saya menjualnya kepada orang lain, saya sangat kaya bu. Saya melakukan itu karena saya bosan dengan hidup saya yang seperti ini saja. Jadi saya terpaksa mencurinya,”  kata pak Sobirin dengan nada menyesal.
“Tapi  tidak mesti harus mencuri kan, pak??, ” kata bu Nurul dengan bijak.
 “ Kalau  anda ingin kaya, anda harus bekerja lebih keras dan mencuri bukanlah hal yang tepat untuk menjadi orang  kaya,” bu Nurul menasehatinya.
‘Saya sangat menyesal bu,” kata pak Sobirin
“Jadi dimana anda menyimpan berlian merahnya?,” kata ku.
“Ada di kamar saya.” Kata pak Sobirin
Pak Sobirin mengantarku ke kamarnya bersama bu Nurul dan pak Heru. Mengambil berlian merahnya dan mengembalikannya kepada bu Nurul.
“Saya kira anda orang yang baik, tapi ternyata saya salah. Padahal saya sudah mengangggap pak Sobirin seperti keluarga saya sendiri.” Kata bu Nurul dengan kecewa.
“Maafkan saya bu, saya amat sangat menyesal.”
Lalu polisi datang dan menangkap pak Sobirin.
“Terima kasih detektif  Reza atas bantuannya, saya sangat berterima kasih sekali ,” kata bu Nurul.
“Sama-sama bu. Saya juga sangat senang bisa membantu keluarga anda,” kataku sambil tersenyum.
Disini saya mendapat pelajaran sangat berharga, ternyata masih banyak orang-orang miskin yang ingin menjadi kaya. Tapi mencuri itu bukanlah hal yang tepat untuk menjadi orang  kaya. Hanya dengan bekerja keras lah yang membuat orang-orang menjadi kaya. Jadi mencuri itu bukanlah hal yang tepat untuk menjadi orang kaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar