Kamis, 27 Maret 2014

Teori Yang Berhubungan Dengan Materi Metode Ilmiah dan Sikap Ilmiah




Bahwa manusia itu tahu sesuatu, tidak ada yang menyangkal. Manusia tahu akan dunia sekitarnya, akan dirinya sendiri, akan orang lain. Manusia tahu yang baik dan yang buruk, yang indah dan yang tidak indah, yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Menurut para ahli filsafat ada empat gejala tahu pada manusia, yaitu:

1. Tidak dari permulaan manusia itu tahu.
Rasa ingin tahu manusia disebabkan karena rasa kagum dan heran terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya.

2. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar.
Tahu yang tidak benar disebut keliru dan pemuas ingin tahu itu hanyalah kebenaran walaupun tidak mudah menganalisis apakah kebenaran itu.

3. Tahunya manusia tentang sesuatu bukanlah suatu bekal yang dibawa sejak lahir.
Yang mengelilingi manusia dan yang ingin diketahi manusia adalah dunia seisinya, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang sekarang ada maupun yang tidak ada, yang mungkin maupun yang tidak mungkin tetapi yang tidak mengandung kemustahilan sehingga mungkin akan ada.

4. Manusia yang tahu itu, tahulah bahwa ia tahu.
Manusia tahu benar bahwa ia tidak tahu sesuatu, maka bertanyalah ia, misalnya kepada orang lain. Mungkin juga ia mengira bahwa ia tahu, tetapi pada suatu ketika ia tahu bahwa ia keliru.
 
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.
 
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan prailmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare.
 
B. Ilmu Pengetahuan

Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-gejala alam.
 
Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang obyek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode (method), dan sistem tertentu. Yang dimaksud kebenaran ilmu pengetahuan atau yang disebut dengan kebenaran keilmuan/kebenaran ilmiah adalah pengetahuan yang jelas dari suatu obyek materi yang dicapai menurut obyek forma (cara pandang) tertentu dengan metode yang sesuai dan ditunjang oleh system yang relevan. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
 
Science tidaklah menghiraukan kegunaanya. Hakekat science yang utama adalah sebagai suatu metode pendekatan terhadap keseluruhan dunia empiris, yakni dunia kenyataan yang dapat dikenal manusia melalui pengalamannya. Science tidak bertujuan untuk menemukan kebenaran yang mutlak tetapi selalu bersifat relative dan temporer/sementara atau tentatife. Tujuan science yang sebenarnya adalah untuk memahami dunia ini dan seisinya.
 
Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten).
Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
 
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas:

1. Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris.
Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain.

2. Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis.
Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.

3. Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan filsafat.
Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.
 

Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”
 
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Menurut A. Nashrudin, S.IP, M,Si (dossuwanda.wordpress.com ), Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
  • Berdasarkan fakta
  • Bebas dari prasangka
  • Menggunakan prinsip-prinsip analisa
  • Menggunakan hipolesa
  • Menggunakan ukuran objektif
  • Menggunakan teknik kuantifikasi
Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi tujuh tahap, yaitu :
  1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
  2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
  3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
  4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
  5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
  6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
  7. Menulis laporan Ilmiah. Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada orang lain sehingga orang lain tahu bahwa kita telah melakukan suatu penelitian ilmiah.
Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah:
  • Rasa ingin tahu
  • Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
  • Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
  • Tekun (tidak putus asa)
  • Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
  • Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah

Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Contohnya : “Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya”.

2) Sikap Kritis
Sikap kritis terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.

3) Sikap Terbuka
Sikap terbuka dapat dilihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

4) Sikap Objektif
Sikap objektif terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.

5) Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.

6) Sikap Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.

7) Sikap Menjangkau ke Depan
Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

Sikap-sikap ilmiah yang dijelaskan diatas, kiranya juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun karya ilmiah. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.

Sumber :

Teori Yang Berhubungan Dengan Materi Penalaran

DEFINISI PENALARAN
  
      Berpikir merupakan kegiatan mental yang setiap saat selama hidup kita lakukan, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur) kita selalu berpikir. Pada waktu kita berpikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar

   
Penalaran Deduktif dan Induktif

    Kalau binatang mempunyai kemampuan menalar, maka bukan harimau jawa yang dilestarikan, melainkan manusia jawa. Upaya pelestarian dipimpin oleh seekor professor Harimau (Andi Hakim Nasution).
    Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Manusia selalu dihadapkan untuk memilih baik-buruk, indah-jelek, jalan benar-jalan salah. Dalam melakukan pilihan ini, manusia berpaling pada pengetahuan. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun terbatas untuk survival. Manusia mengembangkan pengetahuan untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan karena 2 hal :
  1. Punya bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi dan pilihan-pilihan yang melatarbelakangi informasi tersebut. (Bertrand Russel : Tak ada anjing yang berkata : ”Ayahku miskin, tapi jujur ”).
  1. Kemampuan berpikir menuntut suatu alur kerangka pikir tertentu, atau penalaran. Instink binatang lebih peka dari manusia, namun binatang tidak bisa bernalar.
Hakikat Penalaran 
  
      Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Ciri-ciri Penalaran :
  1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
  1. Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Cara berpikir masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Analitik dan Non analitik. Sedangkan jika ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha aktif manusia dan apa yang diberikan.

Penalaran Ilmiah sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
  1. Deduktif yang berujung pada rasionalisme
  1. Induktif yang berujung pada empirisme
Logika merupakan suatu kegiatan pengkajian untuk berpikir secara shahih
Contoh :
  • Ketika seorang pengemis berkata :”kasihanilah saya orang biasa”. Itu merupakan suatu ungkapan yang tidak logis.
  • Ketika seorang peneliti mencari penyebab mengapa orang mabuk? Ada 3 peristiwa yang ditemuinya
  • ada orang yang mencampur air dengan brendi dan itu menyebabkan dia mabuk
  • ada yang mencampur air dengan tuak kemudian dia mabuk
  • ada lagi yang mencampur air dengan whiski kemudian akhirnya dia mabuk juga
Dari 3 peristiwa diatas, apakah kita bisa menarik kesimpulan bahwa air-lah yang menyebabkan orang mabuk?

     Logika deduktif merupakan cara penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus (individual). Sedangkan logika induktif merupakan cara penarikan kesimpulan dari kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogisme, dua pernyataan dan sebuah kesimpulan. Dan didalam silogisme terdapat premis mayor dan premis minor.
Contoh :
  • Semua makhluk punya mata ( premis mayor )
  • Si Adam adalah seorang makhluk ( premis minor )
  • Jadi, Adam punya mata ( kesimpulan )
Kriteria kebenaran :
3+4=75+2=76+1=7

Menurut seorang anak kecil, hal ini tidak benar.
Ini membuktikan bahwa tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar.

    Secara deduktif dapat dibuktikan ketiganya benar. Pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan yang telah dianggap benar. Teori ini disebut koherensi. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koherensi.

sumber :  
http://cekiber69.blogspot.com/2012/03/definisi-penalaran.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/09/penalaran/

Selasa, 19 November 2013

Tugas kelompok Softskill Perilaku Konsumen

tugas kelompok wirausaha

http://www.slideshare.net/Reza8/isnaen-reza-saputra

Kemurnian Hati !!

Perasaan yang tersembunyi mulai berteriak..
Mengikrarkan janji dalam genggaman ini..

Aku mencoba mencari keajaiban..
Dalam kegelapan yang tak berujung..
Jika aku terus berada di sini..
Aku takkan dapat melihat masa depan lagi..

Rembulan di malam hari pun memanggil..
Namun kata-kata itu masih belum terucap..
Dan aku hanya dapat mengungkapkannya dalam hati..

Perasaan yang tersembunyi mulai berteriak..
Mengikrarkan janji dalam genggaman ini..
Andaikan saja aku sedikit lebih kuat..
Maka aku akan menuju langit yang ada di depanku..
Menggapai masa depan yang ada di hadapanku..

Bangkitlah !!

Meski pun kita menjadi gemetaran..
Kita takkan dapat melepaskan yang ada di dalam dada..
Hati ini akan hancur berkeping-keping..

Tanpa perasaan ini, kita tidak dapat membiarkannya dengan keluhan..
Pada melankolis hari-hari yang berulang ini..

Kehidupan dipenuhi dengan kesombongan
Warna-warna kini telah memudar
Hal yang kamu inginkan tidak ada di sini
Melarikan diri dari dunia yang tak berwarna ini

Hati yang tak sempurna berada pada keadaan yang tidak stabil..
Hasrat yang kita rasakan mulai menghilang..
Menuju ke eksistensi, mulai berlari..
Kata-kata yang ragu akan membentuk yang kita inginkan..
Suara dari denyut yang berdetak di hari itu..

Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain..
Itu hanya akan buang-buang waktu, lalu kenapa tidak jujur dengan perasaanmu..

Janganlah kamu lupakan..
Segala janji diantara kita
Hancur berkeping-keping menjadi pasir
Mari melarikan diri dari dunia tak berwarna ini untuk menemukan jati diri..
Hari esok kita akan hidup.

Menuju Cahaya

Jarak yang jauh dari sisi bumi ini..
Ketika Adam dan Hawa masih belum ada..
Mengikuti tempat lahirnya kesedihan..
Ketika luka dapat tersembuhkan dengan sentuhan yang lembut..

Perasaan yang meluap..
Cinta pun dapat berubah menjadi cahaya yang bersinar..
Meski begitu menyakitkan..
Seperti melukis masa depan..
Jika kamu merasa kehilangan diriku..
Aku akan mendekapmu dengan lembut saat ini..

Meski takdir menaklukkanku, aku akan tetap bersinar..
Meski keajaiban musnah, aku akan tetap percaya..
Tetap percaya..a

Menahan diri dari pertimbangan kata-kata terakhir..
Seperti mengkodekan perasaan ini..
Tidak tertransmisi ke dalam hati ini..
Aku ingin mendengar suaramu yang sebenarnya..
Jika aku harus mengakhiri semua ini..

Meski pun menyakitkan, suatu saat pasti akan menghilang..

Minggu, 17 November 2013

Resep Mie Saus Spagheti

kali ini saya akan menuliskan makanan kesukaan saya yaitu Mie siram saus spagheti !!
makanan ini sangat simpel untuk di buat.





Bahan Membuat Mi Siram Saus Spageti :
  • 100 gram mi kering (pilih yang lebar), direbus, tiriskan, perciki minyak
  • 100 gram daging giling
Bumbu Mie Siram Saus Spagetti:
  • 2 sendok makan minyak
  • 50 gram bawang bombay, iris tipis
  • 2 siung bawang putih, cincang
  • 100 gram saus tomat
  • garam dan merica secukupnya
  • 50 gram keju parut
Cara Membuat Mi Siram Saus Spageti:
  1. Tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum. Masukkan daging cincang, garam, dan merica Aduk hingga daging berubah warna.
  2. Terakhir masukkan saus tomat, Aduk rata. 4. Tata mi di atas piring Siram dengan sausnya. Taburi keju.

Untuk 1 porsi